Kamis, 28 November 2013

PENENTUAN STRUKTUR FLAVONOID




Spektroskopi Serapan Ultraviolet - Tampak (UV- Vis)
Spektroskopi UV – Vis digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasinya. Disamping itu, kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan dengan menambah ”pereaksi geser ” ke dalam larutan cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dengan pelarut metanol atau etanol. Spektrum khas terdiri atas 2 maksima pada rentang 240– 280 nm (pita II) dan 300 – 550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifat flavonoid dan pola oksigensainya. Ciri khas dalam spektrum tersebut adalah memberikan puncak relatif rendah pada pita I untuk flavonoid golongan hidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon. Untuk khalkon, auron, dan antosianin memberikan puncak relatif tinggi. Ciri ini tidak berubah walaupun pola oksigenasinya berubah.
            Informasi tambahan untuk mengidentifikasikan flavonoid dapat diperoleh dengan menggunakan pereaksi dianostik. Adapun pereaksi diagnostik yang digunakan adalah NaOH, AlCl3, HCl, Natrium Asetat anhidrat, dan asam borat anhidrat. Spektrum ”NaOMe” merupakan spektrum flavonoid yang gugus hidroksil fenolnya sampai batas tertentu terionisasi. Karena itu spektrum ini biasanya merupakan petunjuk ”sidik jari” pola hidroksilasi dan juga bermanfaat untuk menentukan gugus hidroksil yang lebih asam dan tidak tersubtitusi. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektrum setelah waktu tertentu merupakan petunjuk baik akan adanya gugus yang peka terhadap basa. Spektrum ’AlCl3’ dan ’AlCl3 / HCl’ menunjukkan terbentuknya kompleks tahan asam antara gugus hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks yang tak tahan asam dengan gugus orto-dihidroksil. Pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi kedua gugus tersebut.
Spektrum ’NaOAc’ hanya menyebabkan pengionan yang berarti pada pada gugus hidroksil yang paling asam yaitu untuk mendeteksi ada atau tidaknya gugus 7-OH bebas. Spektrum ’NaOAc/H3BO3’ menjembatani kedua gugus -OH pada gugus ortodihidroksi dan digunakan untuk mendeteksinya.
Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI)
Pada identifikasi flavanoid Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 1H )
digunakan khas untuk :
a. Penentuan pola oksigenasi (pada ketiga lingkar)
b. Penentuan jumlah gugus metoksi (dan kedudukannya)
c. Pembedaan isoflavon, flavonon, dan dihidroflavonol
d. Penentuan jumlah gula yang ada (dan penentuan apakah ikatannya
α – atau β )
e. Pendeteksian rantai samping hidrokarbon seperti –CH3 yang terikat
pada C dan prenil yang terikat pada C (atau O).

RMI – 13C
Kelimpahan alam 13C hanya 1, 1% dan yang 1,1 % pada setiap flavonoid ini yang menghasilkan spektrum RMI – 13C. Resonansi terjadi pada daerah 0 –200 ppm medan bawah dari tetrametilsilan (TMS); setiap karbon yang berlainan akan menghasilkan satu sinyal. Berbeda dengan sinyal resonansi proton, kekuatan sinyal resonansi karbon – 13 tidak menunjukkan jumlah karbon dan dengan demikian integrasi RMI – 13C jarang ada gunanya.
Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 13 C) digunakan khas untuk :
a. Identifikasi gula yang terikat pada C- (dan O-)
b. Penentuan titik ikatan antar glikosida
c. Identifikasi penyulih asil dan titik asilasi
d. Penentuan titik ikatan –C (misalnya pada C-glikosida, biflavonoid)
kedudukan (geser kimia) dipengaruhi oleh penyulih yang berdekatan. Data pergeseran yang penting (untuk flavonoid) bila ada penyulih pada kedudukan ’C-1’, orto, meta, dan para.
Spektroskopi Massa (SM)
Spektroskopi inframerah digunakan untuk mengukur penyerapan radiasi inframerah atau tingkat vibrasi dan rotasi dalam molekul dari senyawa tertentu. Spektroskopi massa pada flavonoid digunakan khas untuk :
a. Penentuan bobot molekul
b. Menetapkan penyebaran penyulih pada cincin A dan cincin B
c. Menentukan sifat dan titik ikatan gula pada C - dan Oglikosida flavonoid
Prasyarat yang harus dipenuhi agar SM berhasil ialah flavonoid dapat
menguap pada keadaan hampa udara dalan spektrometer massa.

Permasalahan:
Dari uraian diatas, saya mengajukan beberapa permasalahan antara lain:
1.      mengapa dengan penambahan pereaksi geser yang sama dapat menghasilkan puncak serapan yang berbeda? Dimana pada pita I, flavonoid golongan hidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon memiliki puncak serapan relatif lebih rendah dibandingkan golongan flavonoid khalkon, auron, dan antosianin !
2.      Bagaimana Pembedaan isoflavon, flavonon, dan dihidroflavonol dengan menggunakan analisis NMR-1H? Dimana ketiga senyawa tersebut jika dilihat dari bentuk strukturnya memiliki kesamaan!

1 komentar:

  1. saya akan menjawab
    1.karena pada pita ikatan yang terjadi pada setiap reaksi memiiki penyerapan cahaya yang berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungan kemudian pada spektrum AlCl3 merupakan penjumlahan pengaruh semua kompleks terhada spektrum sedangkan pada spektrum AlCl3 dengan HCL merupakan pengaruh kompleks hidroksi keton yang masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda-beda.
    2.NMR digunakan untuk menentukan kerangka dasar dari suatu senyawa organik. NMR yang sering digunakan adalah H-NMR, dimana posisi atom Hidrogen pada rantai karbon menentukan pergeseran kimia. Semakin polar ikatan pada hidrogen, semakin besar pergeseran kimianya. Oleh karena itu, bagi senyawa flavonoid yang mengandung gugus hidroksil akan memiliki puncak pada daerah yang jauh.Spektrum RMI – 1H terlihat terutama di daerah 0 – 10 ppm medan bawah dari sinyal acuan tetrametilsilan (yang berdasarkan perjanjian ditetapkan pada 0 ppm). Hanya proton yang menghasilkan sinyal (beresonansi) di daerah ini dan proton yang secara kimia sama memberikan sinyal yang sama. Ukuran sinyal (integrasi) berbanding lurus dengan jumlah proton yang menghasilkan sinyal. Pada identifikasi flavanoid Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 1H ) digunakan khas untuk :pembeda isoflavon,flavonon,dan dihidroflavonol

    BalasHapus