Sabtu, 02 November 2013

ISOLASI DAN PEMURNIAN SENYAWA ALKALOID DARI DAUN SIDAGURI



Prosedur Penelitian
a   Uji  Skrining Fitokimia
Untuk mengetahui adanya senyawa alkaloid yang terdapat dalam daun sidaguri , maka dilakukan uji pendahuluan penapisan golongan kimia ekstrak daun tersebut (Soetarno dan Soediro, 1997; Depkes RI, 2000) yaitu:
Uji Alkaloid
  • Dengan plat KLT, dimana pada plat ditotolkan ekstrak, lalu disemprotkan dengan  reagen Dragendrof. Apabila ada noda yang naik dan memberikan perubahan warna menjadi orange atau merah, diduga positif alkaloid. 
  •  Dengan metoda “Culvoner Fitgerld”, daun segar sebanyak 4 gram dirajang halus, dibasahi dengan sedikit alkohol, kemudian ditambahkan sedikit pasir lalu digerus. Ditambahkan  10 mL kloroform amoniak 0,05N, digerus lagi. Disaring dengan kapas, lalu diambil dengan pipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar, ditambahkan 5 ml H2SO4 2N lalu dikocok. Lapisan asam diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan satu tetes reagen mayer . Apabila terbentuk endapan putih berarti positif alkaloid.

b     Ekstraksi dan Fraksinasi
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dimana serbuk daun sidaguri  sebanyak 1 kg dimaserasi dengan methanol (3  x 5 L) pada temperatur kamar dan disaring lalu pelarut diuapkan dari ekstrak methanol dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat methanol. Terhadap ekstrak  pekat methanol  inni dilakukan partisi cair-cair dengan n- heksana. Masing- masing ekstrak dipekatkan kembali dengan rotary evaporator sehingga diperoleh residu kering dan dilanjutkan dengan uji skrining fitokimia.. Ekstrak methanol ditambahkan HCl 2M hingga mencapai Ph 2 dan didiamkan selama 24 jam, kemudian dicuci dengan dietileter. Selanjutnya ditambahkan NH4OH pekat sampai    pH 9-10, diekstraksi dengan dietil eter dan ekstrak dietileter tersebut diuapkan pelarutnya sehingga diperoleh ekstrak pekat dietileter


  Pemisahan dan Pemurnian
Dari hasil skrining fitokimia dengan mengggunakan reagen mayer dan reagen dragendrof terhadap ekstrak dietileter daun sidaguri menunjukkan bahwa daun tumbuhan tersebut mengandung senyawa alkaloid.
Ekstrak pekat dietileter yang mengandung senyawa alkaloid kemudian dipisahkan dengan menggunakan kromatografi kolom. Sebelum dilakukan kromatografi kolom, terlebih dahulu terhadap fraksi dietileter tersebut diilakukan uji KLT analitik untuk menentukan jenis eluen yang memiliki pola pemisahan paling baik yang akan digunakan pada kromatografi kolom.
Komposisi pelarut ditentukan berdasarkan pendekatan KLT. Isolasi senyawa alkaloid dari daun sidaguri dilakukan dengsn metode kkromatografi kolom menggunakan silica gel 60 sebagai fasa diam dan kloroform : methanol  sebgai fasa gerak berdasarkan teknik “step gradient polarity”. Eluen yang digunakan adalah kloroform; metanol dengan nilai perbandingan sebgai berikut( 90:10; 80:20; 70:30; 60:40; 40:60). Eluen ditampung dalam botol- otol vial 5 ml dan diannalisis dengan KLT. Fraksi-fraksi yang memilii spot dengan nilai Rf sama digabung dan pelarutnya diuapkan, selanjutnya diloakukan pemurnian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
     Hasil maserasi 1 kg serbuk daun sidaguri dengan pelarut metanol didapatkan ekstrak kasar metanol sebannyak 120 gram, berbentnuk cairan kental. Ekstrakk metanol ini dipartisi dengan campuran pelarut n- heksana dan air (1:1). Hal ini dilakukan untuk memisahkan senyawa-senyawa polar dan senyawa nonpolar. Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak  pekat metanol sebanyak 73 gram setelah diekstraksi dengan dietileter sebanyak 45 gram.
      Berdasarkan uji KLT terhadap ekstrak dietileter maka didapatkan pola pemisahan yang paling baik adalah kloroform : metanol dengan perbandingan (7:3). Tujuan dari mendapatkan identitas noda dengan harga Rf pada uji KLT adalah untuk mencarii pelarut yang akan digunakan pada kromatografi kolom(Markham, 1998).
    Isolasi senyawa alkaloid dari daun sidaguri dilakukan dengan metode kromatografi kolom menggunakan silica gel 60 sebagai fasa diam dan kloroform : metanol sebagai fasa gerak berdasarkan teknik  “ step gradient polarity” agar senyawa-senyawa terpisah berdasarkan derajat kepolarannya.
     Hasil kromatografi kolom diperoleh sebanyak 117 fraksi, kemudian dilakukan penggaabungan fraksi-fraksi  berdasarkan uji KLT dengan melihat nilai Rf. Fraksi-frkasi yang memiliki spot dengan nilai Rf yang sama digabung sehingga didapat 5 fraksi dan pelarutnya diuapkan.
       Dari kelima fraksi tersebut dilakukan skrinning fitokimia dan fraksi 2 dan 4 menun jukkan hasil positif mengandung senyawa alkaloid. Dalam peneitian ini hanya frakssi 2 yang dilakukan analisis lebih lanjut. Terhadap fraksi 2 tersebut dilakukan pemurnian dan diperoleh padatan berwarna kecoklatan sebanyak 59 mg. Berdasarkan hasil uji kelarutan senyawa ini memiliki kelarutan yang besar dalam kloroform dan dari haasil KLT dengan menggunakan penampak noda reagent dragendrof diperoleh noda tunggal.


Permasalahan:
Mengapa pada tahap awal proses isolasi alkaloid setelah penambahan reagen cenderung lebih mengutamakan kegiatan  penambahan asam kemudian juga ditambahkan sebuah basa dengan ketentuan hingga pH tertentu? Selain itu,  selama proses isolasi maupun setelahnya seringkali terjadi dekomposisi yang disebabkan oleh sifat kebasaannya terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.  Hasil dari reaksi  ini  sering  berupa  N-oksida. Namun, hal ini dapat dicegah dengan  Pembentukan  garam  dengan  senyawa  organik  (tartarat,  sitrat)  atau  anorganik  (asam  hidroklorida  atau  sulfat).  Yang ingin saya tanyakan bagaimanakah mekanisme pencegahannya tersebut ? ? ?

2 komentar:

  1. saya akan menjawab pertanyaan anda
    kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepas elektron contoh:gugus alkil,maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.hingga trietilamin lebih basa drpada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa dari etilamin dan sebaliknya. contohnya senyawa yang mengandung gugus amida.
    dan untuk dekomposisi biasanya terjadi pada saat proses terbentuknya garam yang seharusnya dan dicegah dengan mennggunakan pelarut organik ataupun anorganik

    BalasHapus
  2. baiklah saya akan menjawab pertanyaan anda yang pertama, menurut literatur yang saya baca, Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidak bersifat basa.
    Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
    1. Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan pelarut –pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya. Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah :
    a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.
    b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya kurang stabil.
    c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.
    Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam dan mengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air.
    jadi kesimpulannya, kegiatan penambahan asam kemudian juga ditambahkan sebuah basa dengan ketentuan hingga pH tertentu yang anda katakan itu dimaksudkan agar mendapatkan alkaloid yang benar-benar murni. sekian dari saya semoga membantu, terima kasih !

    BalasHapus