Spektroskopi
Serapan Ultraviolet - Tampak (UV- Vis)
Spektroskopi
UV – Vis digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan
menentukan pola oksigenasinya. Disamping itu, kedudukan gugus hidroksil fenol
bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan dengan menambah ”pereaksi geser ”
ke dalam larutan cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi.
Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dengan pelarut metanol atau etanol.
Spektrum khas terdiri atas 2 maksima pada rentang 240– 280 nm (pita II) dan 300
– 550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut
memberikan informasi yang berharga mengenai sifat flavonoid dan pola
oksigensainya. Ciri khas dalam spektrum tersebut adalah memberikan puncak
relatif rendah pada pita I untuk flavonoid golongan hidroflavon, dihidroflavonol,
dan isoflavon. Untuk khalkon, auron, dan antosianin memberikan puncak relatif
tinggi. Ciri ini tidak berubah walaupun pola oksigenasinya berubah.
Informasi tambahan untuk mengidentifikasikan flavonoid
dapat diperoleh dengan menggunakan pereaksi dianostik. Adapun pereaksi
diagnostik yang digunakan adalah NaOH, AlCl3, HCl, Natrium Asetat anhidrat, dan
asam borat anhidrat. Spektrum ”NaOMe” merupakan spektrum flavonoid yang
gugus hidroksil fenolnya sampai batas tertentu terionisasi. Karena itu spektrum
ini biasanya merupakan petunjuk ”sidik jari” pola hidroksilasi dan juga
bermanfaat untuk menentukan gugus hidroksil yang lebih asam dan tidak
tersubtitusi. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektrum setelah waktu
tertentu merupakan petunjuk baik akan adanya gugus yang peka terhadap basa.
Spektrum ’AlCl3’ dan ’AlCl3 / HCl’ menunjukkan terbentuknya kompleks tahan asam
antara gugus hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks yang
tak tahan asam dengan gugus orto-dihidroksil. Pereaksi ini dapat digunakan
untuk mendeteksi kedua gugus tersebut.
Spektrum ’NaOAc’ hanya menyebabkan
pengionan yang berarti pada pada gugus hidroksil yang paling asam yaitu untuk
mendeteksi ada atau tidaknya gugus 7-OH bebas. Spektrum ’NaOAc/H3BO3’
menjembatani kedua gugus -OH pada gugus ortodihidroksi dan digunakan untuk
mendeteksinya.
Spektroskopi
Resonansi Magnet Inti (RMI)
Pada identifikasi
flavanoid Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 1H )
digunakan khas untuk :
a. Penentuan pola
oksigenasi (pada ketiga lingkar)
b. Penentuan jumlah
gugus metoksi (dan kedudukannya)
c. Pembedaan isoflavon,
flavonon, dan dihidroflavonol
d. Penentuan jumlah
gula yang ada (dan penentuan apakah ikatannya
α – atau β )
e. Pendeteksian rantai
samping hidrokarbon seperti –CH3 yang terikat
pada C dan prenil yang terikat pada C
(atau O).
RMI – 13C
Kelimpahan alam 13C hanya 1, 1% dan yang
1,1 % pada setiap flavonoid ini yang menghasilkan spektrum RMI – 13C. Resonansi
terjadi pada daerah 0 –200 ppm medan bawah dari tetrametilsilan (TMS); setiap
karbon yang berlainan akan menghasilkan satu sinyal. Berbeda dengan sinyal
resonansi proton, kekuatan sinyal resonansi karbon – 13 tidak menunjukkan
jumlah karbon dan dengan demikian integrasi RMI – 13C jarang ada gunanya.
Spektroskopi
Resonansi Magnet Inti (RMI – 13 C) digunakan khas untuk :
a.
Identifikasi gula yang terikat pada C- (dan O-)
b.
Penentuan titik ikatan antar glikosida
c.
Identifikasi penyulih asil dan titik asilasi
d.
Penentuan titik ikatan –C (misalnya pada C-glikosida, biflavonoid)
kedudukan (geser kimia) dipengaruhi oleh
penyulih yang berdekatan. Data pergeseran yang penting (untuk flavonoid) bila
ada penyulih pada kedudukan ’C-1’, orto, meta, dan
para.
Spektroskopi Massa
(SM)
Spektroskopi inframerah digunakan untuk
mengukur penyerapan radiasi inframerah atau tingkat vibrasi dan rotasi dalam
molekul dari senyawa tertentu. Spektroskopi massa pada flavonoid digunakan khas
untuk :
a.
Penentuan bobot molekul
b.
Menetapkan penyebaran penyulih pada cincin A dan cincin B
c.
Menentukan sifat dan titik ikatan gula pada C - dan Oglikosida flavonoid
Prasyarat
yang harus dipenuhi agar SM berhasil ialah flavonoid dapat
menguap
pada keadaan hampa udara dalan spektrometer massa.
Permasalahan:
Dari
uraian diatas, saya mengajukan beberapa permasalahan antara lain:
1. mengapa
dengan penambahan pereaksi geser yang sama dapat menghasilkan puncak serapan
yang berbeda? Dimana pada pita I, flavonoid golongan hidroflavon,
dihidroflavonol, dan isoflavon memiliki puncak serapan relatif lebih rendah
dibandingkan golongan flavonoid khalkon, auron, dan antosianin !
2. Bagaimana
Pembedaan
isoflavon, flavonon, dan dihidroflavonol dengan menggunakan analisis NMR-1H?
Dimana ketiga senyawa tersebut jika dilihat dari bentuk strukturnya memiliki
kesamaan!
saya akan menjawab
BalasHapus1.karena pada pita ikatan yang terjadi pada setiap reaksi memiiki penyerapan cahaya yang berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungan kemudian pada spektrum AlCl3 merupakan penjumlahan pengaruh semua kompleks terhada spektrum sedangkan pada spektrum AlCl3 dengan HCL merupakan pengaruh kompleks hidroksi keton yang masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda-beda.
2.NMR digunakan untuk menentukan kerangka dasar dari suatu senyawa organik. NMR yang sering digunakan adalah H-NMR, dimana posisi atom Hidrogen pada rantai karbon menentukan pergeseran kimia. Semakin polar ikatan pada hidrogen, semakin besar pergeseran kimianya. Oleh karena itu, bagi senyawa flavonoid yang mengandung gugus hidroksil akan memiliki puncak pada daerah yang jauh.Spektrum RMI – 1H terlihat terutama di daerah 0 – 10 ppm medan bawah dari sinyal acuan tetrametilsilan (yang berdasarkan perjanjian ditetapkan pada 0 ppm). Hanya proton yang menghasilkan sinyal (beresonansi) di daerah ini dan proton yang secara kimia sama memberikan sinyal yang sama. Ukuran sinyal (integrasi) berbanding lurus dengan jumlah proton yang menghasilkan sinyal. Pada identifikasi flavanoid Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 1H ) digunakan khas untuk :pembeda isoflavon,flavonon,dan dihidroflavonol