Prosedur Penelitian
a Uji
Skrining Fitokimia
Untuk mengetahui adanya senyawa alkaloid yang terdapat dalam daun
sidaguri , maka dilakukan uji pendahuluan penapisan golongan kimia ekstrak daun
tersebut (Soetarno dan Soediro, 1997; Depkes RI, 2000) yaitu:
Uji Alkaloid
- Dengan plat KLT, dimana pada plat ditotolkan ekstrak, lalu disemprotkan dengan reagen Dragendrof. Apabila ada noda yang naik dan memberikan perubahan warna menjadi orange atau merah, diduga positif alkaloid.
- Dengan metoda “Culvoner Fitgerld”, daun segar sebanyak 4 gram dirajang halus, dibasahi dengan sedikit alkohol, kemudian ditambahkan sedikit pasir lalu digerus. Ditambahkan 10 mL kloroform amoniak 0,05N, digerus lagi. Disaring dengan kapas, lalu diambil dengan pipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar, ditambahkan 5 ml H2SO4 2N lalu dikocok. Lapisan asam diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan satu tetes reagen mayer . Apabila terbentuk endapan putih berarti positif alkaloid.
b
Ekstraksi dan Fraksinasi
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dimana serbuk daun
sidaguri sebanyak 1 kg dimaserasi dengan
methanol (3 x 5 L) pada temperatur kamar
dan disaring lalu pelarut diuapkan dari ekstrak methanol dengan rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat methanol. Terhadap ekstrak pekat methanol inni dilakukan partisi cair-cair dengan n-
heksana. Masing- masing ekstrak dipekatkan kembali dengan rotary evaporator
sehingga diperoleh residu kering dan dilanjutkan dengan uji skrining
fitokimia.. Ekstrak methanol ditambahkan HCl 2M hingga mencapai Ph 2 dan
didiamkan selama 24 jam, kemudian dicuci dengan dietileter. Selanjutnya
ditambahkan NH4OH pekat sampai
pH 9-10, diekstraksi dengan dietil eter dan ekstrak dietileter tersebut
diuapkan pelarutnya sehingga diperoleh ekstrak pekat dietileter
c
Pemisahan dan Pemurnian
Dari hasil skrining fitokimia dengan mengggunakan reagen mayer dan
reagen dragendrof terhadap ekstrak dietileter daun sidaguri menunjukkan bahwa
daun tumbuhan tersebut mengandung senyawa alkaloid.
Ekstrak pekat dietileter
yang mengandung senyawa alkaloid kemudian dipisahkan dengan menggunakan
kromatografi kolom. Sebelum dilakukan kromatografi kolom, terlebih dahulu
terhadap fraksi dietileter tersebut diilakukan uji KLT analitik untuk
menentukan jenis eluen yang memiliki pola pemisahan paling baik yang akan
digunakan pada kromatografi kolom.
Komposisi pelarut ditentukan berdasarkan pendekatan KLT. Isolasi senyawa
alkaloid dari daun sidaguri dilakukan dengsn metode kkromatografi kolom
menggunakan silica gel 60 sebagai fasa diam dan kloroform : methanol sebgai fasa gerak berdasarkan teknik “step
gradient polarity”. Eluen yang digunakan adalah kloroform; metanol dengan nilai
perbandingan sebgai berikut( 90:10; 80:20; 70:30; 60:40; 40:60). Eluen
ditampung dalam botol- otol vial 5 ml dan diannalisis dengan KLT. Fraksi-fraksi
yang memilii spot dengan nilai Rf sama digabung dan pelarutnya diuapkan,
selanjutnya diloakukan pemurnian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil maserasi 1 kg serbuk daun sidaguri dengan pelarut
metanol didapatkan ekstrak kasar metanol sebannyak 120 gram, berbentnuk cairan
kental. Ekstrakk metanol ini dipartisi dengan campuran pelarut n- heksana dan
air (1:1). Hal ini dilakukan untuk memisahkan senyawa-senyawa polar dan senyawa
nonpolar. Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga
diperoleh ekstrak pekat metanol sebanyak
73 gram setelah diekstraksi dengan dietileter sebanyak 45 gram.
Berdasarkan uji KLT terhadap ekstrak dietileter maka
didapatkan pola pemisahan yang paling baik adalah kloroform : metanol dengan
perbandingan (7:3). Tujuan dari mendapatkan identitas noda dengan harga Rf pada
uji KLT adalah untuk mencarii pelarut yang akan digunakan pada kromatografi
kolom(Markham, 1998).
Isolasi senyawa alkaloid dari daun sidaguri dilakukan
dengan metode kromatografi kolom menggunakan silica gel 60 sebagai fasa diam
dan kloroform : metanol sebagai fasa gerak berdasarkan teknik “ step gradient polarity” agar senyawa-senyawa
terpisah berdasarkan derajat kepolarannya.
Hasil kromatografi kolom diperoleh sebanyak 117 fraksi,
kemudian dilakukan penggaabungan fraksi-fraksi
berdasarkan uji KLT dengan melihat nilai Rf. Fraksi-frkasi yang memiliki
spot dengan nilai Rf yang sama digabung sehingga didapat 5 fraksi dan
pelarutnya diuapkan.
Dari kelima fraksi tersebut dilakukan skrinning fitokimia dan
fraksi 2 dan 4 menun jukkan hasil positif mengandung senyawa alkaloid. Dalam
peneitian ini hanya frakssi 2 yang dilakukan analisis lebih lanjut. Terhadap
fraksi 2 tersebut dilakukan pemurnian dan diperoleh padatan berwarna kecoklatan
sebanyak 59 mg. Berdasarkan hasil uji kelarutan senyawa ini memiliki kelarutan
yang besar dalam kloroform dan dari haasil KLT dengan menggunakan penampak noda
reagent dragendrof diperoleh noda tunggal.
Permasalahan:
Mengapa pada tahap awal
proses isolasi alkaloid setelah penambahan reagen cenderung lebih mengutamakan
kegiatan penambahan asam kemudian juga
ditambahkan sebuah basa dengan ketentuan hingga pH tertentu? Selain itu, selama proses isolasi maupun setelahnya
seringkali terjadi dekomposisi yang disebabkan oleh sifat kebasaannya terutama
oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil dari reaksi ini sering
berupa N-oksida. Namun, hal ini
dapat dicegah dengan Pembentukan
garam dengan senyawa
organik (tartarat, sitrat)
atau anorganik (asam
hidroklorida atau sulfat). Yang ingin saya tanyakan bagaimanakah
mekanisme pencegahannya tersebut ? ? ?
saya akan menjawab pertanyaan anda
BalasHapuskebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepas elektron contoh:gugus alkil,maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.hingga trietilamin lebih basa drpada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa dari etilamin dan sebaliknya. contohnya senyawa yang mengandung gugus amida.
dan untuk dekomposisi biasanya terjadi pada saat proses terbentuknya garam yang seharusnya dan dicegah dengan mennggunakan pelarut organik ataupun anorganik
baiklah saya akan menjawab pertanyaan anda yang pertama, menurut literatur yang saya baca, Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan pendekatan khusus harus dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya rutaekarpina, kolkhisina, risinina) yang tidak bersifat basa.
BalasHapusUmumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat daripada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan pelarut –pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Yang masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa dan minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya. Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah :
a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.
b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya kurang stabil.
c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.
Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam dan mengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam air.
jadi kesimpulannya, kegiatan penambahan asam kemudian juga ditambahkan sebuah basa dengan ketentuan hingga pH tertentu yang anda katakan itu dimaksudkan agar mendapatkan alkaloid yang benar-benar murni. sekian dari saya semoga membantu, terima kasih !