HASIL
Isolasi senyawa flavonoid
daun beluntas dilakukan dengan
metode kromatografi lapis tipis
(KLT). KLT yang digunakan terbuat
dari silika gel
dengan ukuran 20 cm x 20 cm
GF254 (Merck). Plat KLT
silika gel GF254 diaktifasi
dengan cara dioven pada suhu 100 ºC
selama 1 jam untuk menghilangkan
air yang terdapat
pada plat KLT (Sastrohamidjojo,
2007). Ekstrak kental hasil
ekstraksi dilarutkan dengan etanol
96% p.a, kemudian ditotolkan sepanjang
plat dengan menggunakan
pipet mikro pada jarak
1 cm dari garis
bawah dan 1
cm dari garis atas.
Selanjutnya dielusi dengan
menggunakan eluen yang yang memberikan hasil pemisahan terbaik pada KLT
yaitu n-butanol : asam asetat : air (BAA)
dengan perbandingan (4:1:5). Isolasi senyawa flavonoid
daun beluntas dilakukan dengan
metode kromatografi lapis tipis
(KLT). KLT yang digunakan terbuat
dari silika gel
dengan ukuran 20 cm x
20 cm
GF254 (Merck). Plat KLT
silika gel GF254 diaktifasi
dengan cara dioven pada suhu 100 ºC
selama 1 jam untuk menghilangkan
air yang terdapat
pada plat KLT (Sastrohamidjojo,
2007). Ekstrak kental hasil
ekstraksi dilarutkan dengan
etanol 96% p.a,
kemudian ditotolkan
sepanjang plat dengan menggunakan pipet
mikro pada jarak 1 cm
dari garis bawah
dan 1 cm
dari garis atas. Selanjutnya
dielusi dengan menggunakan eluen yang yang memberikan hasil
pemisahan terbaik pada KLT yaitu n-butanol : asam asetat : air
(BAA) dengan perbandingan
(4:1:5).
PEMBAHASAN
Ekstraksi merupakan proses
pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya. terhadap dua
cairan tidak saling
larut yang berbeda (Rahayu,
2009). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ekstraksi maserasi. Maserasi adalah
salah satu metode pemisahan senyawa
dengan cara perendaman menggunakan
pelarut organic pada temperatur
ruangan. Proses ekstraksi ini tidak dilakukan dengan metode soxhlet
karena dikhawatirkan ada golongan
senyawa flavonoid yang tidak
tahan panas, selain itu senyawa
flavonoid mudah teroksidasi
pada suhu yang tinggi.
Proses maserasi sangat menguntungkan dalam
isolasi senyawa bahan alam
karena selain murah
dan mudah dilakukan, dengan
perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan membran
sel akibat perbedaan tekanan antara di
dalam dan di
luar sel, sehingga
metabolit sekunder yang ada
dalam sitoplasma akan terlarut
dalam pelarut. Pelarut
yang mengalir ke dalam sel dapat
menyebabkan protoplasma membengkak
dan bahan kandungan
sel akan larut sesuai
dengan kelarutannya (Lenny, 2006).
Pemisahan senyawa flavonoid
daun beluntas dilakukan dengan
metode kromatografi lapis tipis
(KLT). KLT merupakan suatu
metode pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan
distribusi dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan
ialah plat silika
gel yang bersifat polar,
sedangkan eluen yang
digunakan sebagai fase gerak bersifat sangat polar karena mengandung air. Kepolaran fase diam dan fase gerak
hampir sama, tetapi masih lebih
polar fase gerak
sehingga senyawa flavonoid yang
dipisahkan terangkat
mengikuti aliran eluen,
karena senyawa flavonoid bersifat
polar. KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran 20 cm x 20 cm
GF254 (Merck). Penggunaan
bahan silika karena pada umumnya silica digunakan untuk memisahkan senyawa
asam-asam amino, fenol, alkaloid, asam lemak, sterol dan terpenoid. Plat
KLT silika gel GF254 diaktifasi
dengan cara dioven pada
suhu 100ºC selama
1 jam untuk
menghilangkan air yang terdapat
pada plat KLT (Sastrohamidjojo, 2007)
Eluen yang dipakai
dalam KLT ialah eluen
campuan n-butanol :
asam asetat : air
(BAA) (4:1:5) yang mampu
memberikan pemisahan terbaik. Karena dari komposisinya, eluen tersebut
bersifat sangat polar
sehingga bisa memisahkan senyawa flavonoid yang juga bersifat polar.
Eluen yang baik
ialah eluen yang bisa memisahkan senyawa dalam jumlah yang
banyak yang ditandai dengan munculnya noda. Noda yang terbentuk tidak berekor dan jarak antara
noda satu dengan
yang lainnya jelas (Harborne,
1987).
PERMASALAHAN:
Pada artikel di atas disebutkan bahwa senyawa flavonoid sangat muidah
teroksidasi pada suhu yang tinggi. Sedangkan turunan senyawa flavonoid itu
sendiri memiliki tingkat oksidasi yang
berbeda-beda contohnya flavon merupakan bentuk senyawa flavonoid dengan tingkat
oksidasi terendah dari turunan senyawa flavonoid lainnya . Yang ingin saya
tanyakan adalah dari tingkat oksidasi yang berbeda-beda tersebut bagaimana cara
untuk menentukan metode pemisahan yang paling tepat dari sekian banyak metode
pemisahan yang ada terhadap senyawa flavonoid sehingga diperoleh senyawa isolat
yang maksimal???
Saya akan menjawab metode yg paling tepat digunakan untuk oksidasi yang berbeda-beda adalah dilihat dari hasil pemisahannya terlebih dahulu.Penelitian bahan alam biasanya dimulai dari ekstraksi, isolasi dengan metode kromatografi sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari senyawa murni yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan uji aktivitas biologi baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah diketahui struktur molekulnya biasanya dilanjutkan dengan modifikasi struktur untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.Dan setelah itu baru kita mengetahui metode mana yang paling tepat untuk digunakan dan untuk flavonoid metode terbaik nya menurut literatur adalah metode kromatografi lapis tipis karena metode ini adalah metode paling cepat untuk menganalisis.
BalasHapusbaiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudari linda metode pemisahan yang paling baik adalah KLT, dimana Kelebihan KLT ialah pemakaian jumlah pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu dengan menggunakan plat kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut tertentu beserta menggunakan sampel yang sangat sedikit, dan mendapatkan hasil yang cukup akurat,
BalasHapusmga jawaban saya bsa membantu anda, terimakasih :)