Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak
ditemukan di dalam
jaringan tanaman (Rajalakshmi
dan S. Narasimhan, 1985).
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia
C 6 -C 3 -C 6 (White dan Y. Xing,
1951; Madhavi et
al., 1985; Maslarova, 2001)
(Gambar 1). Kerangka
flavonoid terdiri atas
satu cincin aromatik A,
satu cincin aromatik
B, dan cincin
tengah berupa heterosiklik
yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan
dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya (Hess, tt). Sistem
penomoran digunakan untuk
membedakan posisi karbon
di sekitar molekulnya
(Cook dan S.
Samman, 1996). Berbagai
jenis senyawa, kandungan
dan aktivitas antioksidatif
flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat
pada sereal, sayur-sayuran dan buah,
telah banyak dipublikasikan. Flavonoid
berperan sebagai antioksidan dengan
cara mendonasikan atom
hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat
logam, berada dalam bentuk glukosida
(mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut
aglikon (Cuppett et al.,1954).
Gambar
1. Kerangka C 6 – C 3
– C 6 Flavonoid
Pada sorgum yang
diekstraksi dengan metanol,
didapatkan tiga jenis anthocyanogen flavonoid,
satu jenis merupakan
flavonone (kemungkinan eriodictyol) dan
sisanya adalah anthocyanidin (pelargonidin) (Yumatsu
et al., 1965). Narasimhan
et al. (1988,
1989) melaporkan bahwa
telah ditemukan komponen aktif
dari ekstrak kulit gabah dua kultivar padi, Katakura (Oryza sativa Linn, var.
Indica; berumur panjang)
dan Kusabue (Oryza
sativa Linn, var. Japonica; berumur
pendek), berupa substansi
flavonoid dan salah
satunya diidentifikasi sebagai isovitexin, yaitu senyawa C-glycosil
flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan sebanding dengan tokoferol.
Kemudian oleh Osawa et al. (1992) telah diisolasi
suatu senyawa flavonoid baru dari daun green barley muda (Hordeum vulgare
L. var. nudum
Hook) yang diidentifikasi sebagai
2’’-O-Glycosylisovitexin (2’’-O-GIV). Berdasarkan pengujian dengan sistem
peroksidasi A. Redha – Flavanoid: Struktur, Sifat ... 198 lipid, 100 M senyawa 2’’-O-GIV
pada pH 7,4
dalam kondisi irradiasi
UV, mampu menekan pembentukan 40% malonaldehyde (tidak
berbeda nyata dengan tokoferol pada
konsentrasi yang sama) (Kitta et al.,
1992). Sedangkan vitexin dan
isovitexin yang diisolasi
dari ekstrak kulit
gabah buckwheat (Fagopyrum esculentum Moench)
tidak menunjukkan aktivitasnya
sebagai peroxy radical scavenger (Watanabe et al., 1997).
Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa kadar flavonoid
terikat pada jagung,
gandum, oat dan
padi relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan kadar
flavonoid dalam bentuk bebasnya (Adom dan Rui Hai Liu, 2002) (Gambar 2). Bentuk
flavonoid terikat memiliki koefisien korelasi yang nyata terhadap aktivitas antioksidan
total (r 2 = 0,925).
Dalam upaya mengoptimasi
metode penentuan kuantitatif
flavonoid dengan HPLC, Hertog et
al. (1992a) telah mendapatkan beberapa senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai
anti-karsinogenik dari sejumlah
sayuran dan buah
(Tabel 1).
Produk
|
Senyawa
Flavonoid
|
Kandungan
(mg/kg berat segar)
|
Lettuce
(Lactuca sativa L)
|
Quercetin
|
9
|
Leek
(Allium porrum L)
|
Kaempferol
Quercetin
|
31
2
|
Onion
(Allium cepa L)
|
Kaempferol
Quercetin
|
544
<
2,5
|
Cranberry(Vaccinium macrocarpon
Ait)
|
Kaempferol
Myricetin
Kaempferol
|
172
77
18
|
Endive
(Chicorium endivia L)
|
Apigenin
|
108
|
Seledri
(Apium graveolens L)
|
Luteolin
|
22
|
Pada penelitian lanjut (Hertog et al., 1993) diketahui pula adanya
senyawa-senyawa flavonoid seperti quercetin, kaempferol, myricetin, apigenin
dan luteolin pada 12 jenis
teh, 6 jenis
minuman anggur dan 7 macam
jus buah yang
biasa dijumpai pada pusat-pusat perbelanjaan di Belanda.
Permasalahan:
1.
Bagaimanakah pengaruh gugus dari masing-masing senyawa
golongan flavonoid sehingga memiliki bioaktivitas yang beragam?
2.
Lalu, apakah bioaktivitas senyawa flavonoid yang
terikat berbeda dengan bioaktivitas senyawa flavonoid bebas?
baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda yang no 2, jika menurut saya sangat berbeda, karena jika dilihat dari cara isolasinya pun sudah berbeda, pasti flavonoid terikat lebih sukar diisolasi dari flavonoid bebas. oleh karena itu maka bioaktivitasnya pun akan berbeda karena pasti struktur mereka pun berbeda, meskipun sama-sama senyawa turunan flavonoid jika strukturnya berbeda sudah pasti memiliki perbedaan dalam aktivitasnya pula. trims
BalasHapusUntuk menjawab pertanyaan anda berikut saya sajikan pengaruh gugus terhadap bioaktivitas senyawa flavonoid.
BalasHapus1 Antioksidan
–OH ganda, terutama keterikatan antara gugus C=O pada C-4 dan gugus –OH pada C-3 dan C-5
Dua gugus –OH pada C-3 dan C-4’ pada ring B dan memiliki dua gugus yang sama pada C-6 dan C-7 pada ring A. Flavon, Flavanol
2 Menghambat lipid peroksidase Dua gugus –OH dengan posisi orto pada ring B, ikatan rangkap antar C-2 dan C-3 yang terkonjugasi dengan okso pada C-4 pada ring C ,dan dua gugus –OH pada C-3 dan C-5 pada ring A Flavonoid
3 Anti tumor dengan mekanisme menghambat protein kinase ü Gugus –OH pada C-5 dan C-4’
ü Gugus –OH pada C-5 dan C-7, C-5 dan C-4’, C-6 dan C-3’, C-5 dan C-7 serta C-4’
ü Gugus –OH pada C-4’ (paling poten)
Aktivitas ini akan menurun bahkan tidak aktif bila pada gugus hidroksil di substitusi dengan metoksi atau glikosilasi. Flavon
4 Antiinflamasi Gugus C=O pada C-4 dan gugus –OH pada C-5 diperlukan untuk membentuk kompleks dengan besi Flavonoid