Senin, 09 Desember 2013

UJIAN MID SEMESTER KIMIA BAHAN ALAM



1.      Cari artikel tentang teknik identifikasi suatu senyawa terpenoid . Mengapa dengan reagen tersebut tidak cocok untuk mengidentifikasi golongan lain seperti alkaloid, flavonoid atau fenolik lain. Sebutkan dasar literatur, nama dan alamat Web !
2.      Dengan cara yang sama cari teknik isolasi tentang senyawa terpenoid, Jelaskan dasar ilmiah penggunaan pelarut dan teknik-teknik isolasi dan purifikasinya!
3.      Pelajari cara biosintesis suatu terpenoid, identifikasilah sekurang-kurangnya 5 jenis reaksi organik yang berkaitan dengan biosintesis tersebut dan jelaskan reaksinya!
4.      Salah satu bioaktivitas terpenoid berhubungan dengan hormon laki-laki dan perempuan (testosteron dan esterogen). Jelaskan gugus fungsi yang mungkin berperan sebagai hormon baik pada testosteron dan estrogen!
JAWAB:

1.    IDENTIFIKASI TERPENOID
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi. Sekletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas bakteri. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl 4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aaktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Meller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C.suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Mueller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidi kapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform setelah. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah tidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan turunan asetil tidak akan terbentuk.
Sumber literatur dan alamat Web:
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.                     Bandung : Penerbit ITB
Berdasarkan literatur di atas, reagen Lieberman- Bruchard merupakan campuran antara H2SO4  dengan asam asetat anhidrat. Penggunaan asam asetat akhirat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid. Sedangkan H2so4 berfungsi sebagai katalis memutus ikatan karbonil pada asam asetat anhidrat sehingga menghasilkan hasil samping reaksi berupa CH3COOH.Secara spesifik hanya dapat digunakan untuk identifikasi keberadaan senyawa terpenoid dan turunannya saja dan tidak dapat digunakan untuk uji senyawa bahan alam lainnya seperti alkaloid, flavonoid maupun senyawa fenolik lainnya. Hal ini dikarenakan pada identifikasi terpenoid reagen Lieberman- Bruchard akan bereaksi dengan menyerang gugus OH pada struktur suatu terpenoid dalam posisi β,. Selain itu, penyerangan reagen tersebut menyebabkan  gugus OH akan mengalami pergeseran panjang gelombang yang diserap sehingga warna yang ditimbulkan pun berbeda pula. Akibatnya, akan sangat menentukan sekali terhadap senyawa terpenoid yang teridentifikasi. Berikut contoh  reaksi reagen lieberman-bruchard dalam uji senyawa terpenoid pada kolesterol :



2.      Pemisahan dan Pemurnian Fraksi Etil Asetat dengan kolom KVC
Hasil pemurnian 7 g ekstrak etil asetat dengan teknik kolom kromatografi vakum cair dan dielusi dengan pelarut secara bergradien mempergunakan pelarut heksan, etil asetat dan methanol, dengan volume masing-masing eluen sebanyak 200 ml, di tampung dengan vial 15 ml, setiap vial diberi nomor diperoleh 224 vial, setelah vial di keringkan pada suhu kamar pada vial nomor 99 sampai 140 terbentuk padatan putih kekuningan, setelah dianalisa dengan KLT, vial dengan pola noda yang sama digabung, sehingga diperoleh 6 Fraksi. Ternyata vial dengan nomor 130 (F4) memperlihatkan noda tunggal, dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:
No
Fraksi
No Vial
KLT
1.
F1
99-112
Tailing
2.
F2
113-126
Dua noda tailing
3.
F3
127-129
Tailing
4.
F4
130
Satu noda
5.
F5
131-135
Tailing
6.
F6
136-140
Tiga noda memanjang

Selanjut nya dilakukan rekristalisasi terhadap vial dengan nomor 130 (F4) dengan pelarut heksan dan methanol diperoleh padatan putih amorf sebanyak 23 mg yang larut baik dalam pelarut etil asetat. Kemudian dilakukan penentuan jarak leleh, dimana senyawa hasil isolasi meleleh pada pada suhu 243 – 245 0C dengan ranji jarak leleh yang tidak lebih dari 2 0C , meng indikasikan senyawa relativ telah murni. Selanjutnya pengujian kemurnian terhadap senyawa hasil isolasi dilakukan dengan metoda Kromatografi Lapis Tipis dengan berbagai komposisi eluen memperlihatkan noda tunggal yaitu Rf o,18 (n-Heksan: Etil Asetat (1:9)), Rf 0,23 (EtilAsetat (100 %)), Rf 0,68 (EtilAsetat : Metanol(9:1)), Rf 0,38 (EtilAsetat :Diklorometan (8:2)), Rf 0,48 (Etil Asetat : Diklorometan (9:1) berdasarkan percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi relativ murni Berikut nilai Rf senyawa hasil isolasi dengan berbagai komposisi eluen seperti tercantum pada Tabel 4 di bawah ini.
                     Tabel 4. Nilai Rf dari KLT senyawa hasil isolasi
No
Pengelusi
Rf
1
                   n-Heksana : Etil asetat (1:9)
0,18
2
                  Etil asetat (100 %)
0,23
3
           Etil asetat : Metanol (9:1)
0,68
4
Etil asetat : Diklorometana (8:2)
0,38
5
Etil asetat : Diklorometana (9:1)
0,48

Data perlakuan dengan kromatografi lapis tipis untuk berbagai tingkat kepolaran eluen seperi tercantum pada Tabel 4 di atas dan gambarnya dapat dilihat pada lampiran lima, menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi yang diperoleh memperlihatkan noda tunggal. Berdasarkan hasil uji titik leleh dan KLT, dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi telah murni dan siap dilakukan pengukuran spektroskopi.
Sumber literatur dan alamat Web :
ARTIKEL ISMARTI
Hostettmann, K, Hostettmann, M., dan Marston, A. 1997. Cara Kromatografi Preparatif: Penggunaan pada Isolasi Senyawa Bahan Alam, Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB, Bandung.
Berdasarkan artikel di atas, bahwa penggunaan pelarut dalam isolasi dan purifikasi senyawa bahan alam terpenoid dan turunannya ditentukan melalui teknik KLT . Pelarut yang diperoleh berdasarkan prinsip “Iike disolve Lies”, dimana kepolaran antara pelarut dengan senyawa yang akan diisolasi harus sesuai atau hampir menyamai. Lalu, ekstrak kental yang positif menggandung terpenoid dipisahkan melalui kromatografi kolom dengan menggunakan berbagai pelarut organik dengan perbandingan volume seperti (silika gel 60, n-heksana : eter : etilasetat : etanol (2:3:3:2)). Fraksi yang positif mengandung terpenoid dengan noda tunggal dilanjutkan dengan uji kemurnian secara KLT dengan beberapa campuran eluen. Bila tetap menghasilkan satu noda maka fraksi tersebut dapat dikatakan sebagai isolat relatif murni secara KLT.
Sedangkan untuk teknik isolasi yang digunakan secara umum adalah dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi. Sokletasi dilakukan dengan melakukan mensokletasi serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas bakteri. Teknik maserasi, prinsipnya yaitu perendaman sampel dengan  menggunakan pelarut organik contohnya methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl 4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%.

3.    Biosintesis Senyawa Terpenoid
Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-, di  -sester-, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkantriterpenoid dan steroid.
 Adapun jenis reaksi yang dapat ditemui dalam proses biosintesis senyawa terpenoid antara lain :
Terpenoid terbentuk oleh beberapa unit isopren yang berasal dari asetil Koenzim A (KoA) dengan reaksi biosintesis melalui jalur asam mevalonat. Dua asetil KoA membentuk asetoasetil KoA melalui reaksi Kondensasi Claisen. Asam asetoasetil KoA yang terbentuk bergabung dengan asetil KoA membentuk glutarat KoA melalui reaksi kondensasi aldol. Setelah glutarat KoA terbentuk terjadi pembentukan asam mevalonat melalui reaksi hidrolisis dan reduksi. Enzim ortofosforilase mengkatalisis pembentukan 3,5-diortopirofosfomevalonat melalui reaksi fosforilasi, kemudian mengalami dekarboksilasi dan defosforilasi membentuk isopentenil pirofosfat (IPP). IPP mengalami isomerisasi menjadi dimetilalil pirofosfat (DMAPP). IPP adalah unit isoprena aktif yang dapat bergabung secara kepala ke ekor (head to tail) dengan DMAPP membentuk geranil pirofosfat (GPP) yang merupakan senyawa intermediet untuk monoterpen. Proses tersebut dapat terus berlangsung dengan penambahan IPP terhadap GPP dengan katalis enzim menghasilkan farnesil pirofosfat (FDP) yang merupakan senyawa intermediet untuk seskuiterpen, begitu pula untuk pembentukan geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang merupa kan senyawa intermediet untuk diterpen. Reaksi biosintesis pembentukan terpenoid disajikan pada Gambar 2 (Kesselmeier dan Staudt, 1999). Terpen yang telah terbentuk dapat mengalami perubahan akibat peristiwa reduksi, oksidasi, esterifikasi dan siklisasi.



Berikut merupakan contoh mekanisme biosintesis salah satu senyawa terpenoid yaitu monoterpenoid:



Sumber :
http://dc314.4shared.com/doc/5KpoKJFS/preview_html_m4c968109.gif
http://almahdievan.wordpress.com/2013/04/10/21/
http://materikuliahjr.blogspot.com/p/terpenoid.html

4.        

    Bioaktivitas terpenoid berhubungan dengan hormon laki-laki dan perempuan (testosteron dan esterogen) dipengaruhi oleh gugus fungsi dari senyawa steroid. Hormon steroid berasal dari kolesterol dan berstruktur inti perhidrosiklopentanolfenantren yang terbagi atas tiga cincin sikloheksana. Steroid merupakan senyawa organik  dari  lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dari hasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh (bahasa Inggris: saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen, androgen, Glikokortikoid, mineralkortikoid . Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin. Senyawa steroid terdapat pada hewan, tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat pula pada beberapa tanaman tingkat rendah seperti jamur (fungi). Steroid banyak terdapat di alam tetapi dalam jumlah yang terbatas dan mempunyai aktivitas biologis, yang mempunyai karakteristik tertentu yaitu seperti 1) substitusi oksigen pada atom C-3 yang merupakan sifat khas steroid alam 2) subsitusi gugus metil angular pada atom C-10 dan C-13 yang dikenal dengan atom C-18 dan C-19, kecuali pada senyawa steroid dengan cincin A berbentuk benzenoid, seperti pada kelompok estrogen. Umumnya turunan steroid yang berperan sebagai hormon kelamin memiliki molekul bersifat planar dan tidak lentur. Kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantren, bersifat rigid 3 aspek stereokimia dari hormon kelamin yang dapat mempengaruhi aktivitas :
a.                   Letak gugus pada cincin, aksial atau Ekuatorial
b.                  Posisi gugus pada bidang, konfigurasi α atau ß, dan isomer cis atau Trans.
c.                   Konformasi cincin sikloheksan, bentuk kursi atau perahu.
Kolesterol mengandung 27 atom karbon, setelah hidroksilasi dari kolesterol pada atom C20 dan atom C22 terjadi pemecahan rantai samping menjadi bentuk pregnenolon dan asam isocaproat, pemecahan ini di samping adanya enzim 20β hidroksilasi dan 22 β hidroksilasi juga adanya peran LH dalam meningkatkan aktivitas enzim. 
Dari pregnenolan proses pembentukkan estrogen ada 2 cara yaitu :
1. Melalui Δ5 – 3
β hidroksi steroid Pathway / Pregnenolon pathway
2. Melalui
Δ4 3 β ketone pathway / Progesteron pathway


Cara yang pertama melalui pembentukan dehidroepiandrosteron, sedangkan cara yang kedua melalui pembentukan progesterone. Progesteron dibentuk dari pregnenolon melalui penghilangan atom hidrogen dari C3 dan pergeseran ikatan ganda dari cincin B pada posisi 5-6 ke cincin A pada posisi 4-5, perubahan ini oleh adanya bantuan enzyme 3 β hidroksi dehidrogenase dan Δ4-5 isomerase, selanjutnya dengan bantuan enzyme 17α hidroksilase, progesteron akan diubah menjadi 17 hidroksi progesterone yang kemudian mengalami demolase menjadi bentuk testoteron, yang selanjutnya testosterone mengalami aromatisasi (pembentukan gugus hidroksi fenolik pada atom C3) menjadi estradiol (E2), sedangkan androstenedion juga dapat mengalami aromatisasi membentuk eston (E1) Proses aromatisasi androstenedion dipengaruhi juga oleh FSH. 

Pembentukan estrogen melalui pembentukkan dehidroepiandrossteron yaitu dengan cara perubahan pregnenolon menjadi 17 hidroksi pregnenolon dengan bantuan enzim 17α hidroksilase, yang kemudian 17 hidroksi pregnenolon mengalami desmolase membentuk dehidroepiandrosteron. Dengan bantuan enzim 3β OH dehidrogenase serta Δ4-5 isomerase, dehidroepiandrosteron diubah menjadi androstenedion dengan cara penghilangan hydrogen dan atom C3 serta pergeseran ikatan ganda dari cincin B (posisi 5-6) kecincin A (posisi 4-5), proses selanjutnya sintesis hormon estrogen sama halnya seperti yang diperlihatkan melalui pembentukan progesteron.

Testosteron dan dihidrotestosteron merupakan salah satu hormon yang termasuk jenis hormon steroid golongan androgen yang dihasilkan oleh testis, dan dalam jumlah yang lebih kecil oleh korteks adrenalin dan ovarium. Pada laki-laki, hormon androgen mempunyai fungsi fisiologis seperti :
a.      mengontrol perkembangan dan pemeliharaan organ kelamin
b.      mempengaruhi kemampuan penampilan seksual
c.      pertumbuhan tulang rangka dan otot rangka
d.      merangsang perkembangan masa pubertas 
 Mekanisme kerja hormon androgen
Hormon androgen dapat meningkatkan transkripsi dan atau translasi RNA khas pada biosintesis protein. Testosteron oleh enzim 5α-reduktase diubah menjadi 5α-dehidrotestosteron dan bentuk aktif ini dpat mengikat reseptor khas yang terdapat pada testis, prostat, hipofisis dan hipotalamus. Pengikatan ini menyebabkan perubahan konformasi dan menimbulkan pengaktifan kompleks androgen-reseptor.
Berdasarkan aktivitasnya, hormon androgen dibagi menjadi dua :
1.      Senyawa androgenik
Contoh : testosteron, metiltestosteron, fluoksimesteron, mesterolon, dan metandrostenolon.
2.      Senyawa anabolik
Contoh : oksimetolon, stanozolol, nandrolon, dan etilestrenol
Mekanisme Kerja Hormon Steroid
Hormon steroid memiliki sifat lipid soluble sehingga dapat dengan mudah menembus membran sel menuju sitoplasma. Di sitosol hormon steroid berikatan dengan protein reseptor spesifik,membentuk suatu kompleks kemudian masuk ke nukleus dan mengikat specific regulatory sites pada kromosom. Ikatan tersebut mengaktifkan gen yang teregulasi melalui site tersebut kemudian menghasilkan produk berupa protein spesifik ( Laksmindra, 2005).
Sumber :
hormon steroid   spirit of veteriner.htm
smart_ebook  Hormon Estrogen.htm
http://lilisusantibae.blogspot.com/2012/10/steroid.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar