Secara umum ekstraksi senyawa metabolit
sekunder dari seluruh bagian tunbuhan seperti bunga, buah, daun, kulit batang
dan akar menggunakan sistem maserasi menggunakan pelarut organik polar seperti
metanol. Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum
digunakan antara lain: Maserasi, Perkolasi, Sokletasi, Destilasi Uap,
Pengempaan.
Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada ekstrak
dengan menggunakan 2 macam pelarut yang tidak saling bercampur. Pelarut yang
umumnya digunakan adalah n-heksan, etil asetat dan methanol.
Proses pemisahan dan pemurnian bertujuan
untuk mendapatkan senyawa murni dari fraksi yang ada. Dimana dalam hal ini
difokuskan pada pemisahan dan pemurnian fraksi senyawa n-heksana saja. Dalam proses pemisahan dan pemurnian ini di
lakukan dengan metode kromatografi kolom tetapi sebelum analisis dilakukan,
terlebih dahulu analisis dilakukan dengan kromatografi lapis tipis.
Pemisahan pertama dilakukan dengan
menggunakan KVC, pelarut yang digunakan merupakan pelarut organik yang
ditingkatkan kepolarannya secara gradien. Pada pemisahan ini digunakan pelarut
n-heksan dan etil asetat. Berdasarkan analisa kromatogram KLT fraksi heksana
pada eluen heksana dan etil asetat dengan beberapa komposisi perbandingan maka
KVC dilakukan dengan beberapa perbandingan yaitu 100% n-heksan sebanyak 2 kali
:24:1 sebanyak 3 kali : 21 : 4 sebanyak 4 kali ; 18:7 sebanyak 2 kali; 15 :10
sebanyak 2 kali ; 9:16 sebanyak 2 kali; 6:19 sebanyak 2 kali; 3:22 sebanyak 2
kali dan 100% asetat sebanyak 2 kali dengan volume 50 mL setiap kali elusi. KVC
fraksi heksan dengan massa 4,1 gram menghasilkan 22 fraksi.
Fraksi yang memiliki pola kromatogram yang
sama digabungkan hingga mendapatkan 5 fraksi gabungan. Massa dari masing-masing
fraksi tersebut adalah fraksi A (1-4) sebanyak 838 mg, fraksi B (5) sebanyak
1.082 mg, fraksi C (6-7) sebanyak 1.017 mg, fraksi D dan E (8-17) sebanyak 82
mg dan fraksi F (128-22) sebanyak 91 mg. Fraksi-fraksi gabungan dianalisis
dengan KLT menggunakan eluen heksana : etil asetat dengan perbandingan 6
: 4.
Analisa kromatogram 24 fraksi yang
diperoleh dari hasil KVC dapat digabungkan berdasarkan kesamaan Rf menjadi 8
fraksi. Massa masing-masing fraksi tersebut adalah fraksi C1 (1-6) sebanyak 15
mg, C7 (7) sebanyak 15 mg, C2 (8-10) sebanyak 126 mg, C11 ( 11)sebanyak 117 mg,
C3 (12-14) sebanyak 149 mg, C4 (15-19) sebanyak 188 mg, C20 (20) sebanyak 59 mg
dan C5 (21-24) sebanyak 207 mg.
Hasil penggabungan fraksi dalam C2 dan C11
berbentuk kristal. Rekristalisasi dilakukan dengan melarutkan fraksi kristal
dengan metanol panas yang kemudian didinginkan. Setelah didinginkan terbentuk
kristal yang tidak larut di dialam metanol. Kristal tersebut dipisahkan dengan
menggunkan kertas saring. Dengan menggunakan teknik pemurnian rekristalisasi pada
kedua difraksi tersebut didapat beberapa fraksi kristal. Fraksi- fraksi tersebut diuji kemurniannya dengan KLT dan
dilihat pula kromtogramnya untuk mengetahui senyawa yang sama atau tidak pada
hasil kemurnian dengan rekristalisasi tersebut. Dari fraksi-fraksi hasil
diperoleh fraksi murni yakni C2 – 1 dan C11-2. Hasil rekritalisasi kedua fraksi
tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan FT-IR dan NMR.[1][3]
Permasalahan:
Dalam proses isolasi tidak hanya menggunakan satu
metode saja. Dari tiap metode yang digunakan dapat menghasilkan jumlah fraksi
yang berbeda-beda pula. Mengapa penggunaan metode yang berbeda tersebut dapat mempengaruhi
jumlah fraksi – fraksi yang diperoleh?
Baiklah, saya akan mencoba menjawab permasalahan anda, menurut literature yang saya baca, metode isolasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, ada yang dapat dilakukan dengan cara ektraksi (sekletasi dan meserasi), destilasi (destilasi uap-air dan destilasi uap), dalam beberapa metode tersebut tentulah memiliki cara/mekanisme kerja yang berbeda pula, tidak hanya itu, dalam setiap metode pun alat ataupun bahan yang digunakan dalam melakukan metode-metode tersebut juga berbeda, sehingga dapat menyebabkan hasil atau jumlah fraksi yang didapatkan berbeda pula. Akan tetapi, pada dasarnya setiap metode itu memiliki kelebihan tersendiri dalam proses mekanisme kerjanya dan hasil yang didapatkannya, contohnya: dalam mengisolasi suatu sample yang berbahan kering dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi dengan cara sokletasi, akan tetapi untuk melakukan isolasi pada sample yang tidak kering seperti kulit jeruk dapat dilakukan dengan menggunakan metode destilasi uap-air, dengan melakukan perlakuan yang demikian sesuai sample yang akan di uji isolasinya, dapat menghasilkan hasil yang maksimal.
BalasHapusUntuk saat ini hanya informasi tersebut yang dapat saya sampaikan mengenai permasalahan anda, semoga bermanfaat, terima kasih.
menurut saya setiap metode tentu sangat mempengaruhi jumlah fraksi, dan setiap metode menghasilkan fraksi yang berbeda-beda salah satu contohnya yaitu pemisahan bahan dalam suatu proses industri pengolahan bahan merupakan metode yang umum digunakan. Pemisahan bahan ini dimanfaatkan untuk memperoleh bahan dengan fraksi atau bentuk dan ukuran yang diinginkan. Adapun metode umum pemisahan bahan yaitu pemisahan dengan cara mekanis dan pemisahan baha dengan cara kontak keseimbangan bahan. Perbedaan keduanya adalah pada ada tidaknya perubahan fasa bahan setelah dipisahkan. Pemisahan dengan metode mekanis merupakan pemisahan bahan dengan tetap mempertahankan fasa bahan atau tidak mengalami perubahan fasa bahan,sedangkan pemisahan bahan dengan kontak keseimbangan bahan dapat mengubah fasa bahan yang dipisahkan dari fasa awalnya.
BalasHapus