Struktur
senyawa isolat dianalisis dengan menggunakan spektroskopi infra merah (IR),
GC-MS, NMR 1 dimensi (1H-NMR dan 13C-NMR), NMR 2 dimensi meliputi DEPT, 1H-1H COSY, 1H-13C CHSHF, 1 dan H-13C
HMBC.
Metode Identifikasi secara Spektrofotometri
Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi energi cahaya
elektromagnetik dengan senyawa organik yang
dikenal dengan metode
fisikokimia. Panjang gelombang
yang diperoleh bila
senyawa organik menyerap
cahaya, bergantung pada struktur senyawa organik tersebut.
Setiap senyawa organik akan menyerap energi
gelombang elektromagnetik yang berbeda.
Spektrofotometri Ultraviolet-Tampak
Penyerapan
sinar ultra violet dan sinar tampak oleh suatu molekul organik akan
menghasilkan transisi di
antara tingkat energi
elektronik pada molekul.
Transisi tersebut umumnya
antara orbital ikatan
atau obital pasangan
elektron bebas ke orbital anti
ikatan. Spektrum tampak terletak antara
400 nm (ungu) – 750 nm (merah), sedangkan ultraviolet pada panjang gelombang
200-400 nm. Untuk keperluan elusidasi
struktur, kegunaan spektrofotometri ini terletak pada kemampuannya mengukur jumlah ikatan rangkap
atau konjugasi aromatik di dalam suatu
molekul dan dapat
membedakan diena terkonjugasi
dari diena tak terkonjugasi.
Letak serapan dapat dipengaruhi oleh subtituen dan terutama yang berhubungan dengan subtituen (auksokrom) yang
menimbulkan pergeseran dalam diena terkonjugasi,
senyawa aromatik, dan
karbonil terkonjugasi. Penggunaan pelarut yang
berbeda juga dapat
mempengaruhi pergeseran letak
dan intensitas suatu
serapan, dapat menyebabkan
terjadinya pergeseran batokromik
atau hipsokromik.
Spektrofotometri Infra Merah
Spektrum infra
merah suatu molekul
adalah hasil transisi
antara tingkat energi getaran (vibrasi) yang berlainan. Tiap
senyawa organik memiliki serapan yang khas pada daerah sidik jari (1400-800 cm-1). Meskipun begitu, daerah sidik
jari
haruslah cocok dengan
daerah gugus fungsi agar
dapat disimpulkan bahwa senyawa itu identik. Tipe
ikatan yang berlainan
menyerap radiasi infra
merah pada panjang gelombang yang berlainan pula. Dengan
demikian, spektrofotometri infra merah dapat digunakan
untuk mengidentifikasi adanya
gugus fungsi dalam
suatu molekul. Pita-pita
infra merah dalam
sebuah spektrum dapat
dikelompokkan menurut
intensitasnya, kuat (s), medium (m), dan lemah (w).
Spektrofotometri Massa
Ion
organik yang dihasilkan
oleh penembakan elektron
berenergi tinggi terhadap sebuah molekul organik bersifat tidak stabil dan
pecah menjadi fragmen kecil, baik berbentuk
radikal bebas maupun ion-ion
lain. Dalam sebuah
spektrometer massa yang khas, fragmen yang bermuatan positif ini akan
dideteksi. Spektrum massa adalah alur
kelimpahan jumlah relatif fragmen bermuatan positif berlainan versus massa per muatan (m/z atau m/e) dari fragmen-fragmen tersebut.
Muatan ion dari
kebanyakan partikel yang
dideteksi dalam suatu spektrometer massa adalah +1; maka nilai
m/z sama dengan massa molekulnya (M).
Struktur dan massa fragmen
memberikan petunjuk mengenai
struktur molekul induknya dan
petunjuk bobot molekul suatu senyawa. Spektrum
massa dipaparkan sebagai grafik batangan. Setiap puncak dalam spektrum menyatakan
suatu fragmen molekul.
Fragmen-fragmen disusun sedemikian rupa sehingga puncak-puncak ditata
menurut kenaikan m/z dari kiri ke kanan
dalam spektrum.
Spektrofotometri Resonansi Magnet Inti
Resonansi magnet inti (RMI atau NMR) berhubungan
dengan sifat magnet dari inti
atom. Spektroskopi NMR didasarkan
pada penerapan gelombang
radio oleh inti
tertentu dalam molekul organik.
Dari spektra resonansi
magnet inti proton
(1H-NMR) akan diperoleh
informasi tentang jenis
hidrogen, jumlah hidrogen,
dan lingkungan hidrogen
dalam suatu senyawa,
begitu juga halnya
dengan spektra resonansi
magnet inti karbon
(13 C-NMR). Spektrum RMI dua dimensi digunakan
untuk penentuan struktur
molekul/senyawa yang lebih
kompleks.
Hasil Percobaan
Senyawa ZAB-1 berbentuk kristal berwarna putih dengan
titik leleh 128-130 ºC, memiliki
Rf 0,75 pada KLT
dengan fase gerak
diklorometana-metanol 7:3. Analisis spektrum UV-Vis senyawa ZAB-1
memberikan serapan maksimum pada 209,
282, dan 390
nm. Adanya tiga
buah serapan maksimum
tersebut menunjukkan bahwa
senyawa ZAB-1 memiliki gugus kromofor.
Data IR pada Gambar 4.18 memberikan pita serapan yang
tajam dengan intensitas yang
kuat pada bilangan
gelombang 3649,44 cm-1 dan
agak melebar dengan
intensitas sedang pada
daerah bilangan gelombang
3500-3300 cm-1 menunjukkan bahwa
senyawa ZAB-1 memiliki gugus OH bebas dan gugus OH terikat. Adanya
pita serapan pada
bilangan gelombang 2933,83
cm-1 dengan intensitas medium
menunjukkan adanya gugus
–CH 2 yang diperkuat
dengan adanya serapan
pada bilangan gelombang
1456,30 cm-1. Senyawa
ZAB-1 juga memperlihatkan
serapan pada bilangan
gelombang 1541,18 dan
1558,54 cm-1 yang menunjukkan
adanya C=C aromatis dan pita serapan pada daerah bilangan gelombang 1000-1300 cm-1 yang menunjukkan adanya ikatan eter. Data 1H-NMR
(CDCl 3 , 400 MHz)
dari senyawa ZAB-1
menunjukkan terdapat dua singlet pada δ H 0,68 dan
1,01; yang diduga merupakan gugus metil pada C-32
dan C-19 (Lampiran
8). Doblet pada
pergeseran kimia 0,82
dan 0,96 ppm dihubungkan dengan
adanya gugus metil pada C-35 dan C-33. Gugus
metil lainnya ditunjukkan pada pergeseran kimia 0,85 dan 0,81 ppm pada
C-21 dan C-18. Sementara itu proton aromatis ditunjukkan
oleh adanya sinyal doblet pada δ H 6,79 ( 1H,
d, J = 1,6 Hz) yang terkopling orto dengan sinyal singlet pada δ H 6,81 pada
posisi C-1 dan C-2. Sinyal singlet menunjukkan bahwa di sebelah sinyal
proton tersebut atom
karbonnya tidak memiliki
proton dan ini diperkuat
dengan adanya atom
C kuartener pada posisi
C-3. Sinyal doblet
menunjukkan adanya atom karbon
tetangga yang memiliki
1 atom proton.
Hasil
pengukuran 13C1H-COSY
(CHSHF) senyawa ZAB-1 memperlihatkan adanya
korelasi langsung antara proton
pada δ H 4,25 dengan
karbon pada δc 71,82 ppm, δ H 3,8 dengan
δc 71,73 ppm,
δ H 4,720 dengan
δc 85,80 ppm, δ H 5,36 dengan δc 121,71 ppm, dan δ H 5,95 dengan δc 101,06 ppm. Korelasi antara
proton dan karbon
lainnya ditunjukkan di
Lampiran 7. Hasil
analisa 1H-1H-COSY menunjukkan korelasi antara proton-proton yang
berdekatan yakni antara δ H 0,96 dengan δ H 1,35 ppm, δ H 4,25 dengan δ H 3,85
ppm, δ H 0,85 dengan
δ H 1,71 ppm, δ H 1,15 dan
1,01 dengan δ H 2,02 ppm (Lampiran 12). Data
spektrum HMBC dari senyawa ZAB-1 (Lampiran 13) menunjukkan korelasi
tidak langsung antara
proton dan karbon
yang ada di
dekatnya yakni antara proton pada δ H 6,84 dengan
karbon pada δc 140,79 ppm, δ H 0,97 dengan karbon pada δc 138,3 ppm, δ H 0,85 dengan
karbon pada δc 29,21 ppm, δ H 2,28 pada δc 129,32 ppm, δ H 0,82 dengan
karbon pada δc 121,71 dan
129,32 ppm, δ H 1,01
dengan δc 36,52, δ H 1,03
dengan δc 40,46, δ H 5,36 dengan
karbon pada δc 42,43 ppm, δ H 4,25 dan
3,85 dengan karbon pada δc 85,80 ppm, serta δ H 5,95 dengan
karbon pada δc 31,93 dan 71,73 ppm. Korelasi HMBC senyawa ZAB-1 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Fragmentasi
yang diduga terjadi
karena pemutusan rantai
samping yang terikat dengan rantai siklik menghasilkan ion
dengan m/z 269. Pemutusan rantai metil
pada rantai samping selanjutnya serta
pemutusan rantai metil pada sistem cincin steroid
menghasilkan ion dengan
m/z 255. Fragmentasi
tersebut ditunjukkan pada
Gambar 4.2. Fragmentasi
yang menghasilkan ion
m/z 160 diduga
terjadi karena pemutusan
cincin aromatik A dan cincin
B dari molekul.
Prediksi fragmentasi lainnya
adalah dari pemutusan
rantai samping yang mengandung ikatan
eter dan hidroksil
dari sistem cincin
sterol dengan menghasilkan ion m/z 145. Fragmentasi yang
menghasilkan ion m/z 92 diduga berasal
dari pemutusan fenol.
Analisis fragmentasi ZAB-1
dapat dilihat pada Gambar
4.3
Dari hasil analisa 1H-NMR, 13C-NMR, DEPT
dan spektrum massa
dari senyawa ZAB-1 yang memberikan puncak pada m/z 536 yang diduga
merupakan bobot molekul, diperkirakan senyawa ZAB-1 memiliki rumus molekul C 35
H 54 O 4 . Dengan adanya beberapa
gugus hidroksil yang
dimiliki, ZAB-1 merupakan
senyawa hidroksi eter
sterol dengan cincin
aromatik dan dapat digolongkan ke
dalam senyawa terpenoid
polar dengan nama
senyawa 17-((23E,26E)-23-etiliden-29-hidroksi-29-(2-hidroksipropoksi)-25-metildek-26-en-20-il)-13,15-dimetil-gona-1,3,5(10)-trien-3-ol.
Permasalahan:
Dari metode analisi untuk penentuan struktur
masing-masing senyawa metabolit sekunder di analisis berdasarkan pita serapan .
Dari masing-masing senyawa punya pita serapan yang berbeda. Nah pita serapan
yang berbeda dari masing-masing senyawa ini kan pasti ada sebabnya kenapa pada gelombang pita serapan itu dapat berbeda?
Misalnya, untuk gugus fungsinya senyawa A pada gelombang 20 nm sedangkan untuk
rantai rangkapnya berbeda lagi yaitu sebesar 80 nm.